SAMPAH YANG RAJIN MEMINTA

Mungkin sudah saatnya aku kembali. Jam terlukis pada senja merah, semburat seperti pipimu.
Kesorean atau kemalaman ditambah kemacetan. Adalah santap malam yang sempurna.
Tapi pipimu tak serenyah dulu karena malam terlalu cepat datang, sementara setumpuk rindu masih jadi impian. Terselip diantara kliping koran dan buku yang belum kamu rapikan.
Di luar angin mendesah. Malah panas meningkat sejak kamu serahkan rekening yang terlupakan.
Hidup seperti terlalu berat, dan langit sejam lagi runtuh di kepala.
Kita seolah aktor-aktor yang taat pada naskahNya. Ada pergi, pulang, tidur.
Begitu mudah.
Tidak seperti nabi-nabi. Dicaci. Dimaki. Diusir. Dikucilkan. Dibakar. Dilempar. Digergaji. Disunami.
Kita begitu mudah meminta. Kita begitu mudah menyerah. Kita belum apa-apa. Kita hanya sampah!
17/03/16

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SAMPAH YANG RAJIN MEMINTA"

Posting Komentar