Dalam cerita fiksi ramayana, dikisahkan bahwa Rahwana adalah sosok penguasa kuat, jahat, buruk rupa, arogan, sombong, egois, dan sederet sifat-sifat buruk lainnya.
Namun dibalik itu semua, ia ternyata takluk oleh perasaannya sendiri. Perasaan akan cintanya kepada Shinta, dewi cantik yang ternyata istri Rhama, seorang ksatria gagah yang memenangkan sayembara sehingga beruntung bisa mempersunting Shinta.
Rahwana bukan seorang yang pasrah dengan keadaan. Sehingga untuk mencapai hasrat cintanya, dengan segala kekuatannya, ia berjuang untuk mendapatkan Shinta. Bukan sekali atau dua kali ia gagal, namun karena tekadnya yang begitu kuat, sehingga berbagai siasat dilakukan, termasuk menculik Shinta.
Rhama dengan segala kekuatannya tak lantas diam diri, ia berusaha melepaskan Shinta dari jerat Rahwana dengan mengutus para prajuritnya untuk membebaskan dari tahanan Rahwana.
Namun sayang, Shinta hanya mau dibebaskan oleh Rhama. Ia tidak mau meninggalkan kerajaan Rahwana jika bukan Rhama yang membebaskannya.
Bertahun-tahun Shinta harus bertahan dalam tahanan kerajaan Rahwana. Rahwana yang semula begitu keras hati, perlahan berubah melembut. Shinta diperlakukan bak seorang putri. Segala kebaikan ia lakukan kepada Shinta, namun sayang, Shinta selalu membalasnya dengan buruk. Luka hati Rahwana semakin hari semakin menganga. Tak jarang para prajurit Rahwana menitikan air mata melihat sikap Shinta pada Rahwana.
Tentu saja Rahwana ingin sekali menikahi Shinta. Namun selalu urung, ketika ingat bahwa Shinta belum bisa jatuh cinta pada Rahwana. Ia tidak mau melakukan itu semua, sampai Shinta jatuh cinta padanya. Janji itu tertanam kokoh didadanya. Hingga hari-hari ia lalui hanya dengan mengharapkan cinta Shinta.
Tak pernah sekalipun Rahwana menyentuh Shinta, apalagi melukainya. Baginya Shinta adalah kebahagiannya yang harus ia jaga hati dan raganya.
Rahwana, pemilik kesetiaan.
Dia setia bukan pada Shinta, tapi dia setia pada janjinya, setia pada dirinya sendiri. Janji yang ia ikrarkan pada dirinya sendiri bahwa ia akan menikahi Shinta ketika Shinta sudah jatuh cinta padanya tak pernah ia ingkari. Baginya itulah setia.
Namun, cinta Rahwana tak pernah berbalas. Sampai akhirnya kesetiaannya berada pada tahap ikhlas dengan merelakan Shinta untuk kembali pada Rhama. Rahwana tidak ingin mengingkari kesetiaannya dengan memaksa shinta menikahinya.
Lalu bagaimana dengan Rhama, yang setelah membebaskan Shinta dari Rahwana namun ragu dengan kesuciannya? Hingga Shinta harus membakar diri pada tungku api untuk menbuktikan kesuciannya? Benerkan Rhama mencintai Shinta?
Mengapa Shinta begitu lama hingga puluhan tahun dalam tahanan Rahwana, seriuskah Rhama dalam membebaskan Shinta? Atau memang pertahanan Rahwana begitu kuat? Lalu Bagaimana jika Shinta sudah tidak memiliki kesucian, akankah Rhama tetap menjadi cintanya Shinta?
Aih rumit yah kisah mereka hehe..
----------
Kisah ini membawa kita pada perwatakan dimana manusia memiliki dua sisi, sisi baik dan sisi buruk, keduanya selalu berdampingan. Ketika satu sisi naik, maka sisi lainnya menurun. Begitupun sebaliknya. Disinilah kemampuan manusia diuji, supaya mampu menekan sisi-sisi negatif pada dirinya.
Tidak ada satu pun manusia yang buruk tanpa ada baiknya, atau baik tanpa ada celanya. Juga bisa jadi, semula baik berubah menjadi buruk, atau semula buruk lantas menjadi baik.
Rahwana dengan segala sifat buruknya, ia perlahan mampu merubah dirinya menjadi baik. Rama, seorang yang baik pun ada peluang berubah menjadi tidak baik. Shinta pun demikian, ada kondisi-konsidi yang akhirnya memaksanya menjadi berperilaku buruk.
--------
Mudah-mudahan kita semua, selalu diluruskan hati agar dijauhkan dari sifat-sifat buruk oleh Allah yang maha segala.
0 Response to "Antara Shinta, Rhama, dan Rahwana"
Posting Komentar