Kisah tentang Zaenab dan Ash memang tidak sepopuler Fatimah dan Ali. Tapi kisah mereka juga tak kalah menarik, bahkan berharu biru. Perbedaan keyakinan membuat mereka berkemelut dalam pergulatan hati.
Zaenab adalah putri pertama Rasulullah Muhammad dengan khadijah. Sedangkan Abul Ash bin Rabi adalah saudara sepupu dari jalur kekerabatan khodijah.
Mereka terikat dalam pernikahan yang bahagia, sempurna dan saling mencintai, dengan restu yang sangat mulia dari kedua orang tuanya. Zaenab sosok wanita cantik dan setia, sedangkan Ash adalah seorang bangsawan rupawan lembut hati. Itulah yang kemudian membuat Khadijah begitu bahagia dengan pernikahan ini. Sehingga ia pun tak segan-segan menghadiahkan kalung cantik kesayangannya sebagai hadiah pernikahannya.
Kehidupan mereka sama halnya seperti pasangan suami istri pada umumnya, berjalan baik.Menikmati hari-hari di kota Mekkah dengan bahagia. Hingga pada suatu hari, Muhammad, ayah Zaenab, di usianya yang ke 40 tahun mendapat wahyu tentang kenabiannya. Khadijah beserta anak-anaknya langsung mengakui kenabiannya, termasuk Zaenab. Namun tidak dengan suami Zaenab, Ash tidak mau mengakuinya, ia bersikeras dengan keyakinannya, menghormati leluhurnya dan mengikuti segala aturannya.
Perbedaan keyakinan ini cukup membingungkan keduanya, hingga akhirnya Ash berkata, Zaenab, untuk perkara ini, aku akan tetap dalam agamaku, dan engkau mengikuti agamamu. Namun, kita tetap bersatu dalam cinta. Zaenab terdiam lalu menjawab dengan berat hati. Ash, saat engkau masih dengan agamamu, maka aku tidak halal untukmu.
Dalam hati keduanya ada cinta yang tulus, namun disisi lain ada syariat yang harus diletakan jauh lebih tinggi.
Saat kaum muslimin termasuk Rasulullah beserta keluarganya berhijrah dari kota Mekah ke Madinah untuk menghindari segala bentuk penindasan terhadap kaum muslimin, Zaenab dengan izin ayahnya, masih tetap tinggal di Mekah seorang diri. Berharap Ash mendapat hidayah akan keyakinannya.
Hari berlalu, konflik antara muslimin dan Quraisy semakin panas, hingga pecah dan terjadilah perang badar. Ini adalah perang yang sangat rumit. Karena dibarisan musuh bisa jadi ada saudara atau keluarga. Ada bapak yang terpaksa berhadapan dengan anaknya, ada mertua berhadapan dengan menantu. Seperti halnya Ash yang harus berperang berhadapan dengan mertuanya, Muhammad.
Hati Zaenab begitu gelisah menghadapi situasi ini. Satu sisi ada ayahnya, yaitu Rasullulah yang berdiri dibarisan kaum musimin, disisi lain ada seorang Ash yang begitu dicintainya berada dibarisan kaum Quraisy.
Takdir atas perang badar ini dimenangkan oleh kaum muslimin.
Berita kemenangan pun ramai menggema di segala penjuru, termasuk di kota Mekah. Pasukan Quraisy pun banyak yang tertawan, termasuk Ash. Tentu saja berita ini sampai ke telinga Zaenab. Ia duduk termenung, gundah harus melakukan apa. Hingga terpikir oleh Zaenab untuk menebus Ash dengan hartanya. Disela kebingungannya, Zaenab tersadar, ia memiliki kalung berharga yang melingkar dilehernya. Zaenab segera melepas kalungnya, dan dikirimnya bersamaan dengan harta-harta yang dikirimkan untuk menebus tawanan-tawanan perang.
Kaum muslimin saat itu begitu bahagia. Kemenangan telah diraihnya. Harta tebusan mulai dikirim oleh pihak musuh. Saat itu Nabi dan para sahabat pun memeriksa harta-harta tebusan, dan tiba-tiba terlihat oleh Nabi sebuah kalung cantik yang tak asing baginya. Nabi tahu betul itu adalah kalung kesayangan Khadijah yang diberikan kepada Zaenab sebagai hadiah pernikahannya. Begitu sedihnya Nabi dan terbersit dibenaknya, begitu besar cinta Zaenab kepada Ash.
Hati Nabi begitu sesak. Dengan berlinang air mata dan menggenggam kalung itu, ia berucap, Ya kaum muslimin, perlu saya sampaikan satu hal bahwa salah satu penebus tawanan perang dengan menyerahkan kalung ini adalah Zaenab, putriku. Kalian bisa memilih antara mempertahankan kalung ini, atau melepaskan tawanan tanpa syarat, lalu mengembalikan kalungnya kepada Zaenab. Kesetiaan kaum muslimin kepada Nabi, menjadikan mereka bersepakat untuk membebaskan Ash dan mengembalikan kalungnya kepada Zaenab.
Peristiwa ini membuat hati Nabi begitu berharap, bahwa dengan tebusan berupa harta kalung paling berharga yang dikirimkan oleh Zaenab ini, Ash segera mendapat hidayah. Bahkan disaat Nabi akan membebaskan Ash pun, ia berbisik dengan sangat lembut agar hatinya tidak terluka, wahai Ash, apapun kondisinya engkau tetap tidak halal dengan putriku, berjanjilah, setelah sampai ke Mekah, tolong kembalikan putriku kepadaku.
Sampai di kota Mekkah, Ash langsung memenuhi janjinya, ia segera menemui Zaenab, dan berkata kepada Zaenab, kembalikan engkau esok hari kepada ayahmu. Zaenab hanya terdiam membisu.
Ash segera memacu langkahnya. Ada kesedihan dan kegundahan bergelut didadanya. Ada cinta yang kokoh dihatinya, namun ada janji yang harus ditunaikan. Bertemulah Ash dengan saudaranya, Kinanah bin Rabi, ia tumpahkan segala perasaannya. Dengan berlinang air mata Ash berkata, kau tahu Kinanah, begitu dalamnya cintaku pada Zaenab, namun aku akan kirim Zaenab kepada ayahnya, di Madinah. Aku tidak sanggung untuk mengantarkannya, walaupun sampai tapal batas. Jadi, antarkan Zaenab sampai tapal batas, disana akan ada yang menjemputnya. Jaga dan muliakan zaenab hingga sampai ditujuan.
Siang hari, keesokannya, Kinanah mengantarkan zaenab. Namun dalam perjalanan dihadang oleh kaum Quraisy. Meraka menyerang, hingga Kinanah yang bertanggung jawab atas perjalanan tersebut, berteriak, berhentilah, jika kalian teruskan, anak panah ini akan menebus kalian semua. Akhirnya negosiasi terjadi. Kaum Quraisy sebenarnya tidak begitu peduli dengan urusan mereka yang akan menuju Madinah, yang mereka harapkan adalah perjalanan jangan dilakukan terang-terangan, karena itu hanya akan semakin mempermalukan kaum Quraisy yang baru saja kalah perang. Apa kata kaum Muslimin, jika meraka tahu bahwa ada penduduk dari kota Mekah hijrah ke Madinah. Akhirnya mereka bersepakat untuk menghentikan perjalanan, dan melanjutkan di malam hari.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Keduanya, baik Zaenab maupun Ash melakukan aktivitasnya masing-masing, dengan tetap menyimpan cinta dihatinya. Ash sebagai saudagar di Mekah melanjutkan perdagangannya, sedangkan Zaenab di Madinah bersama Nabi.
Hingga suatu hari Ash pergi berdagang ke Syam. Dalam perjalanan inilah, terjadi konflik hingga harta dagangannya dirampas, namun beruntung ia berhasil menyelamatkan diri.
Ash tak habis akal, ia berusaha mengamankan diri dan menyusup ke Madinah mencari Zainab mantan istrinya untuk berlindung. Tentu saja Zaenab terkaget, ada apa Ash hingga engkau menemuiku, sudahkah engkau mengambil keputusan untuk mengakui tentang kenabian ayahku? Tidak Zaenab ungkap Ash. Kali ini aku menemuimu untuk memohon bantuanmu, lindungilah aku, jika engkau masih menganggap aku sepupu dan ayah dari anak-anakmu. Ia juga meminta pertolongan untuk mengambil kembali hartanya yang dirampas. Tak pikir panjang, Zainab pun membantunya dan mengabarkan kepada Rasullulah dan kaum muslimin, wahai kaum muslimin, aku meminta perlindungan untuk Ash, dan aku sebagai jaminannya. Ash pun bebas dan hartanya dikembalikan.
Tibalah Ash di kota mekah, setelah perjalanan yang begitu melelahkan di kota Syam. Ash pun langsung membagi adil keuntungan bisnisnya kepada orang-orang Quraisy. Setelah semua urusan selesai, Ash menghela nafas lega. Perlahan ia kumpulkan kekuatan dan ketenangannya, lalu dengan khusu ia ucapkan kalimat syahadat secara terang-terangan di depan kaum Quraisy.
Ash kembali kepada Zaenab, menemuinya di Madinah. Bersatu dalam cinta berpondasi iman. Mekar rimbun bunga cinta mereka yang sempat layu. Merekah bersama bahagia.
Setahun saja kebersamaan antara Zaenab dan Ash harus disudahi. Allah mengambil Zaenab.
Ash begitu terpukul dengan peristiwa ini, hingga berucap, Ya Rasulullah tak ada gunanya dunia ini tanpa Zaenab. Hingga satu tahun kemudian, Ash pun menyusul Zainab untuk bertemu di surga.
(Cerita ini disari dari ceramah Buya Hamka & Hanan Attaki)
0 Response to "Zainab dan Ash (Putri Rasulullah dalam Cinta Beda Agama)"
Posting Komentar